SINGAPURA - Banyak contoh nyata bagaimana
orang-orang dengan keterbatasan mampu mengatasi kekurangan mereka dan
mencetak prestasi gemilang. Kali ini giliran
Divesh Singaraju yang
berhasil menjadi lulusan terbaik dari Singapore Polytechnic meski
mengidap penyakit kanker getah bening.
Kegembiraan Divesh untuk mulai belajar teknik penerbangan sirna ketika mengetahui kanker kelenjar getah bening yang pernah menghampirinya kembali datang. Dia pun terpaksa terlambat masuk kuliah karena harus mengikuti sesi kemoterapi selama dua minggu.
Meski terlambat memulai perkuliahan, empat tahun kemudian, Divesh justru dinobatkan sebagai salah satu lulusan terbaik Singapore Polytechnic. Dia meraih nilai rata-rata yang sempurna, yakni empat.
"Ketika mengetahui saya lagi kambuh, itu sulit. Tapi saya pikir keluarga saya lebih terpengaruh dari saya. Namun mereka memberi saya motivasi untuk pergi kuliah," ujar Divesh, seperti disitat dari Strait Times, Rabu (4/6/2014).
Menjadi pilot adalah mimpi Divesh sejak dulu. Kecintaannya pada dunia travelling membuat Divesh mantap memilih politeknik sebagai tempat melanjutkan studi. Mimpinya menjadi kenyataan. Di tahun pertama kuliah, dia berkesempatan menjejakkan kaki ke dalam kokpit pesawat SilkAir untuk perjalanan ke Penang berkat Make- A - Wish Foundation.
"Aku benar-benar mencintai bepergian, terbang, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ruang angkasa. Pandangan penumpang sangat berbeda dari pilot. Aku ingin tahu bagaimana setiap tombol di kokpit bekerja. Jadi, meskipun saya memenuhi syarat untuk junior college, saya memilih politeknik karena tahu apa passion saya," paparnya.
Atas prestasinya, pria berusia 21 tahun itu mendapatkan tawaran dari kampus bergengsi Imperial College London untuk belajar teknik. Kelak, dia juga ingin bekerja di industri pertahanan dan berharap meraih beasiswa dari Defence Science and Technology Agency untuk belajar di luar negeri.
"Saya ingin kuliah di Imperial College karena itu adalah sekolah untuk teknik," tutup Divesh. (mrg)
Kegembiraan Divesh untuk mulai belajar teknik penerbangan sirna ketika mengetahui kanker kelenjar getah bening yang pernah menghampirinya kembali datang. Dia pun terpaksa terlambat masuk kuliah karena harus mengikuti sesi kemoterapi selama dua minggu.
Meski terlambat memulai perkuliahan, empat tahun kemudian, Divesh justru dinobatkan sebagai salah satu lulusan terbaik Singapore Polytechnic. Dia meraih nilai rata-rata yang sempurna, yakni empat.
"Ketika mengetahui saya lagi kambuh, itu sulit. Tapi saya pikir keluarga saya lebih terpengaruh dari saya. Namun mereka memberi saya motivasi untuk pergi kuliah," ujar Divesh, seperti disitat dari Strait Times, Rabu (4/6/2014).
Menjadi pilot adalah mimpi Divesh sejak dulu. Kecintaannya pada dunia travelling membuat Divesh mantap memilih politeknik sebagai tempat melanjutkan studi. Mimpinya menjadi kenyataan. Di tahun pertama kuliah, dia berkesempatan menjejakkan kaki ke dalam kokpit pesawat SilkAir untuk perjalanan ke Penang berkat Make- A - Wish Foundation.
"Aku benar-benar mencintai bepergian, terbang, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ruang angkasa. Pandangan penumpang sangat berbeda dari pilot. Aku ingin tahu bagaimana setiap tombol di kokpit bekerja. Jadi, meskipun saya memenuhi syarat untuk junior college, saya memilih politeknik karena tahu apa passion saya," paparnya.
Atas prestasinya, pria berusia 21 tahun itu mendapatkan tawaran dari kampus bergengsi Imperial College London untuk belajar teknik. Kelak, dia juga ingin bekerja di industri pertahanan dan berharap meraih beasiswa dari Defence Science and Technology Agency untuk belajar di luar negeri.
"Saya ingin kuliah di Imperial College karena itu adalah sekolah untuk teknik," tutup Divesh. (mrg)
Margaret Puspitarini - Okezone.com
No comments:
Post a Comment