Kanker sebetulnya tak jauh berbeda
dengan penyakit lain. Dengan pengobatan teratur dan menuruti saran
dokter, kanker sebenarnya dapat dikendalikan. Selanjutnya, pasien akan
hidup sehat dan mampu melewati masa survivalnya.
Sayangnya, tak semua pasien kanker berani menghadapi kenyataan
tersebut. Kanker bahkan dirasa sebagai vonis mati sehingga tidak
melakukan upaya maksimal untuk kesembuhannya.
"Kanker tidak perlu dihadapi dengan ketakutan. Kalau memang sudah
ketahuan maka secepatnya berobat, sehingga kondisi pasien bisa cepat
membaik," kata onkolog senior dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM), H.M.Djakaria pada jumpa pers memperingati World Cancer Day pada
Senin (3/2/2014) di Jakarta.
Ketakutan ini bahkan sudah muncul saat mulai muncul benjolan di
tubuh. Padahal, hanya 10-15 persen benjolan pada tubuh yang merupakan
kanker. Tentunya untuk mengetahui kanker atau bukan pasien harus
berkonsultasi dan menjalani diagnosa dokter. Bila sudah pasti, pasien
harus menjalani pengobatan sesuai jenis kanker yang diderita.
"Pengobatan kanker sangat banyak jenisnya dan perlu waktu sebelum
membaik. Pengobatan akan efektif bila sesuai jenis kanker yang diderita.
Apalagi, satu pengobatan tidak berlaku untuk semua jenis kanker," jelas
Djakaria.
Ketakutan pada kanker sering berakibat negatif, salah satunya
keengganan berobat pada jalur yang sudah terbukti dan teruji. Pasien
lebih memilih pengobatan alternatif dan herbal yang efek dan kualitasnya
belum teruji. Hal ini biasanya juga dilakukan karena tertarik pada
janji kualitas dan hasil yang baik.
Padahal, pengobatan yang dilakukan bukan ahlinya memicu risiko
lebih besar untuk pasien. Apalagi bila pengobatan dilakukan tanpa proses
diagnosa yang benar. Akibatnya alih-alih mengobati, pengobatan yang
tidak evidence based justru memacu pertumbuhan sel kanker.
"Bagaimana bisa efektif kalau lokasi dan kondisi sel kanker tidak
diketahui. Proses diagnosa yang benar akan menentukan keberhasilan
pengobatan. Diagnosa juga menjamin efektivitas pengobatan kanker," kata
ahli kanker dari RSCM, Soehartati Gondhowiarjo.
Proses diagnosa ini ternyata menjadi salah satu yang ditakutkan
pasien. Soehartati mencontohkan biopsi dengan jarum halus, yang
ditakutkan memacu pertumbuhan kanker. Padahal, tusukan jarum tersebut
untuk mengetahui apakah sel tersebut betul kanker, tentunya lokasi
penusukan sudah ditentukan terlebih dulu dalam proses diagnosa. Tusukan
tersebut tidak memicu pertumbuhan sel kanker.
Ketakutan inilah yang coba dihapus dalam peringatan World Cancer
Day yang akan dilaksanakan pada Selasa (4/1/2014). Dalam peringatan
bertema Debunk The Myth tersebut, para dokter akan membagikan
buku kecil terkait penanganan kanker. Lewat aksi yang akan dilakukan di
area Bundaran Senayan, Tugu Tani, dan RSCM, diharapkan masyarakat tak
lagi takut dan mempercayai berbagai mitos terkait kanker.
"Saya berharap masyarakat tak lagi khawatir atau takut menghadapi kanker. Bila merasa ada benjolan atau gejala yang tidak biasa, segera ke
dokter untuk mendapat penanganan. Penanganan yang cepat dan tepat akan
berdampak positif bagi pasien," kata Soehartati.
Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:
Hari Kanker Dunia
Hari Kanker Dunia
Editor :
Asep Candra
Penulis : Rosmha Widiyani | www.kompas.com
Penulis : Rosmha Widiyani | www.kompas.com
No comments:
Post a Comment